Responsible Decision Making

 Responsible Decision Making


Mantz dkk., (2016) menjelaskan bahwa social emotional competence memiliki empat aspek yaitu, responsible decision making, relationship skill, self management, dan social awareness. Responsible Decision Making adalah kemampuan menentukan keputusan dan pemecahan masalah yang tepat sesuai moral. Sehinga berpikir rasional sebelum mengambil keputusan dengan tetap mempertimbangkan konsekuensi dari setiap keputusan. Responsible Decision Making berarti memilih untuk melakukan apa yang benar bahkan ketika itu tidak mudah.

Dalam responsible decision-making, hal tersebut memerlukan kecerdasan moral untuk menilai baik dan buruknya sesuatu dengan menerapkan prinsip-prinsip etika, tujuan pribadi, dan konsekuensi dari suatu tindakan.

Pentingnya mempelajari Responsible Decision Making adalah dapat menjadikan bekal bagi kita untuk menjadi leadership atau pemimpin.

Keterampilan yang terkait dengan Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:

·       Identifikasi masalah: kemampuan seseorang dalam mengenali masalah secara akurat.

·       Menganalisis situasi: kemampuan seseorang dalam menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang termasuk bagaimana dan mengapa masalah itu bisa muncul.

·       Memecahkan masalah: kemampuan seseorang dalam mengembangkan dan mempraktikan metode dalam memecahkan masalah.

·       Pertimbangan tanggung jawab etis: selain konsekuensi alami atau yang teridentifikasi dari suatu keputusan, ia juga harus mempertimbangkan kewajiban etis atau moral apa pun yang mungkin mereka rasakan atau pegang.

·       Evaluasi dan refleksikan: Mengevaluasi dan merefleksikan apa yang terjadi hampir sama pentingnya dengan proses pengambilan keputusan itu sendiri.

Contoh kasus:

1.       Murid yang Kesulitan Bergaul (Introvert)

Misal kasus yang terjadi pada Taufan, seorang peserta didik XI Perhotelan 2 SMK Negeri 6 Semarang. Dia mengalami kesulitan bergaul dan menemukan teman baru. Paling sering terjadi pada anak dengan pribadi tertutup. Selain karena karakter introvert, sulit bergaul diakibatkan pula perasaan tidak nyaman berada di zona berbeda dari biasanya.

Saat mata pelajaran Bahasa Inggris dan diminta untuk mengerjakan tugas secara kelompok dan membentuk kelompok secara mandiri, Taufan tidak menemukan kelompoknya. Dia tidak berusaha mencari anggota kelompok dan tidak ada juga teman yang mengajaknya berkelompok. à (Tidak mempunyai decision making sehingga perlu dilatih dengan banyak bersosialisasi dengan orang lain)

Karena situasi tersebut, guru perlu membantu membentuk kelompok dan meminta peserta didik yang satu kelompok dengannya untuk turut membangun kemampuan bersosialisasi yang dimiliki Taufan.

2.       Murid Menyontek Saat PTS dan PAS

Contoh kasus yang pernah kami alami adalah saat mengingatkan murid untuk tidak bertindak curang atau menyontek saat PTS dan PAS. Ada 2 murid yang pernah saya ingatkan mengenai tindakan kecurangannya. Ada 1 anak laki-laki yang berprestasi di bidang Pencak Silat dan dia ketahuan oleh guru pengawas saat mencontek, dia diingatkan untuk berperilaku jujur dan tidak menyontek tetapi dia malah over sensitive sehingga dia merasa agak kecewa dan tersinggung. Sedangkan ada 1 anak yang bisa dibilang kemampuannya biasa saja, tetapi dia mau bertanggungjawab atas tindakan kecurangannya. Dia tidak tersinggung ketika kertas contekannya diambil oleh pengawas.

Hal tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa setiap anak mempunyai kedewasaan yang berbeda sehingga permasalahan yang dihadapi bisa diatasi dengan decision-making yang sesuai dengan pola pikir dan cara pandangnya.

3.       Guru menghadapi murid yang ramai dan nakal

Guru perlu mengetahui permasalahan dari seorang murid mengapa dia ramai, mengapa dia nakal, mengapa dia mencari perhatian yang berlebihan kepada teman-temannya dengan perilaku jahil.

Dalam mengambil suatu keputusan yang bertanggungjawab, guru perlu mengetahui permasalahan dan akar permasalahan yang dihadapi siswa sehingga guru dapat menganalisis permasalahan tersebut dan mengambil solusi yang bijaksana dan siap menerima konsekuensi dari pengambilan keputusan tersebut.

Guru perlu mengelola emosi, mendalami perasaan murid, dan menggunakan logika sehingga keputusan yang diambil guru menjadi keputusan yang baik, benar, dan tepat untuk guru dan murid ke depannya.




Comments

Popular posts from this blog

Descriptive Text

Narrative Text